Minggu, 11 Agustus 2013

Terimakasih BAPAK

Dulu aku gak doyan sosis. Bagiku sosis makanan yang aneh. Warnanya merah. Kalau ibuku nyayur sop trus ditambahi sosis warna merahnya luntur dan rasanya mecin doang. Katanya aku harus makan karena ini terbuat dari daging sapi. Daging sapi itu bergizi. Banyak vitaminnya. Bikin badanku kuat dan terhindar dari penyakit. Masa sih? Katanya sosis daging. Mana ada rasa dagingnya kupikir kala itu. Tapi ternyata.. setelah ku menemukan sosis yang lain di supermarket. Ku berubah pikiran. Yang ini rasanya beda. Enak. Rasanya daging asli. Gurihnya pun gurih kaldu daging bukan gurih mecin. Pokoknya beda deh. Hhmm… Teruss … yang ingin ku tulis dalam tulisanku selanjutnya bukan masalah persosisan atau resep makanan cara membuat sosis yang enak dan hal-hal yan berhubungan dengan makanan. Tapi , begini… Mungkin sedari kecil aku beragama. Orang tuaku memperkenalkan agama. Orangtuaku muslim maka aku muslim. Mungkin seandainya orangtuaku beragama kristen, aku pun kristen. Dan tentu saja kemahapemurahan Tuhanlah yang menunjukkan jalannya kepadaku. Setiap manusia diberikan insting untuk mencariNya. Insting manusia untuk mencari Tuhan lebih kuat daripada insting seorang bayi yang mencari ibunya.itu menurutku... Waktu dulu sebelum aku menemukan guruku, aku merasa mengenal agama seperti aku mengenal sosis. Sholat katanya bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar. Aku sholat tapi masih sulit menghindarkan diri dari perbuatan tidak terpuji. Kebanyakan agama yang ku kenal dulu lebih banyak ritual, ceremonial, doktrin dan kesepakatan sosial dimana lingkungan ku dibesarkan. Melakukan sholat karena katanya ini jalan yang benar. Katanya katanya, dan katanya. Beragama tapi rasanya kering. Sholat tapi pikiran kemana-mana. Gak merasa bisa melakukan komunikasi dua arah ketika sedang berdoa. Sholat dan ibadah-ibadah lain yang kulakukan kurang gimana gitu. Ibarat ngecas hp, lamaaaaa banget tapi ga masuk masuk. Batere tetep kosong. Dulu aku berfikir enak sekali jika aku hidup di zaman rasulullah. Mengenal Allah tinggal bertanya kepada rasululah. Bertanya ini itu langsung kepada kekasihnya. Diam-diam aku iri dengan manusia yang hidup sezaman dengan nabi Muhammad. Tapi sekarang setelah mengenal guru. Aku seperti hidup di zaman rasulullah. Rasululullah yang modern. Guruku memberi rasa yang berbeda pada agama ini. Rasanya enak. Bertuhan itu enak. Mengenal tuhan itu indah. bertuhan menjadi jelas. Berkomunikasi dua arah kepada tuhan itu bisa. Ini baru rasa agama yang 100% Ori. Selain rasanya enak, manfaatnya juga terasa sangat nyata. Terimakasih bapak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar