Selasa, 26 Juli 2011

Yang mengenal dirinya yang mengenal Tuhannya

Bagi kalangan pembelajar dan 'pencari' kata-kata ini tak asing lagi didengar, karena ini adalah kata-kata seorang penyair sufistik besar yang namanya telah tersohor dimana-mana, tetapi apa sebenarnya maknanya.

Ada sebuah cerita yang mungkin bisa sedikit menjadi bahan renungan kita tentang kata-kata diatas. Disebuah kampus disuatu jurusan seringkali terjadi kejadian tidak enak. Mahasiswanya sering sekali kehilangan atau kecurian. Entah itu handphone atau pun uang , tetapi yang lebih sering terjadi adalah kehilangan handphone. Sekali, dua kali, tiga kali wah sering sekalilah. Satu minggu bisa dua kali terjadi. Tatapi semuanya seakan berlalu begitu saja. Yang kehilangan sepertinya tidak banyak ambil pusing dan memikirkan bagaimana cara mengatasi kejadian itu. Buktinya tak ada tindakan apapun untuk mengatasi hal itu.

Sekali waktu ada mahasiswa A kehilangan handphone. Handphone satu-satunya pemberian kakaknya. Handphone tipe low end yang sebenarnya harganya tak seberapa kalau dijual, tetapi mahasiswa A sangat membutuhkannya. Karena merasa sangat kehilangan, mahasiswa A berusaha setengah mati mencari handphonenya. Ia sms, ia telpon nomornya. Tak pernah sekalipun ada jawaban dari seberang. Suatu malam lewat jam 10 an keatas setelah sekitar beberapa hari kejadian itu berlalu, entah mendapat wangsit darimana ia menelpon nomor itu. Ternyata diangkat. Ada jawaban dari seberang. Dan ia mengenali siapa orang diseberang. Ia berlama-lama mengajaknya bicara. Semakin yakinlah orang diseberang itu adalah teman satu jurusannya. Sebut saja mahasiswa B. Walaupun sebenarnya orang diseberang itu memakai nama lain. Dan mengelak ketika ia langsung menanyakan namanya. Ia begitu yakin bahwa itu suara temannya karena mereka sebelumnya pernah beberapa kali telfon-telfonan.

Marah dan kesal setelah tahu bahwa temannyalah yang mencuri handphonenya. Keesokan paginya ketika ia bertemu dengan mahasiswa B, luar biasa tidak bisa digambarkan raut muka temannya itu. Mungkin kalau bisa digambarkan dengan warna, Mukanya berwarna merah kuning hijau biru ungu coklat hitam campur aduklah. Tingkah lakunya yang canggung sangat tidak bisa ditutupi. Dan pasti ada apa-apanya. Semakin yakinlah ia dengan kecurigaannya. Melihat mukanya saja emosinya sudah naik ke ubun-ubun. Satu-satunya yang ingin ia lakukan saat itu adalah menariknya ke toilet dan langsung memaksanya mengaku lalu segera memintanya mengembalikan handphonenya.

Kejadian itu berlalu. Tak berapa lama kemudian mahasiswa A mendapat kabar dari temannya yang lain tentang kesulitan-kesulitan mahasiswa B. Bahwa perekonomian keluarganya goyah karena ditinggalkan pergi sang ayah. Keluarganya cerai berai. Adik-adiknya banyak yang tak terurus hingga harus dititipkan kepada saudara-saudaranya. Bahkan ia juga mendapat kabar bahwa mahasiswa B berusaha meminjam uang dalam jumlah yang cukup besar pada temannya yang lain. Perekonomian keluarganya hancur dan mereka benar-benar dalam kesulitan. Begitulah.

Mendengar hal itu mahasiswa A jadi kasihan. Tak ada lagi rasa marah ataupun kesal yang ada sekarang malah rasa kasihan. Dan sempat ia berdoa semoga handphonenya yang tidak seberapa itu bisa sedikit membantu keluarganya.

Kembali pada judul diatas.
Yang membuat mahasiswa A menjadi berubah 180 derajat dari marah menjadi kasihan adalah informasi. Informasi tentang latar belakang mengapa mahasiswa B mencuri.

Mengenal diri sendiri berarti tahu informasi tentang diri sendiri. Mengetahui tentang kelemahan dan kelebihan diri sendiri. Tuhan mengetahui tentang diri manusia seutuhnya per individu daripada manusia itu sendiri.

Ketidakbisaan manusia menerima kenyataan yang terjadi pada dirinya adalah karena kekurangan informasi. Ia belum benar-benar mengenal dirinya sendiri. Karena sebenarnya semua kejadian yang terjadi pada diri manusia adalah yang terbaik dari Tuhan. Kalau kita mengetahui latar belakang mengapa Tuhan melakukan ini dan melakukan itu. Mengapa Tuhan menakdirkan ini pada saya dan menakdirkan itu padanya maka tidak ada lagi yang namanya menggugat kehendakNya yang ada adalah rasa bersyukur. Dan ia akan lebih mengenal Tuhannya lebih baik dari sebelumnya. Wallahualam bisawab.